RUJUKANMEDIA.com – Meriam karbit atau Kuluwung menjadi ciri utama kebudayaan di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Dunia pernah mencatat Kuluwung menjadi salah satu senjata perang untuk mengalahkan musuh.
Hal tersebut disampaikan Ketua Divisi Seni Budaya Karang Taruna kecamatan Sukamakmur, Apep irsad. Apep menjelaskan, dari hasil pencarian sejarah yang dilakukannya, Kuluwung sudah ada di Sukamakmur sebelum kemerdekaan Indonesia.
“Menurut sejarah yang kita kulik dari leluhur sini, dari jaman mereka kecil, Kuluwung itu sudah ada, bahkan sebelum merdeka,” kata Apep, Rabu 3 Mei 2023.
Ia juga menyebut, berdasarkan hasil kajian Karang Taruna Kecamatan Sukamakmur, Kuluwung pernah dijadikan alat tempur di perang dunia II. Belum banyak data pendukung untuk membuktikan fakta tersebut. Namun, cerita yang diwariskan turun temurun sementara cukup untuk meyakinkan.
“Sejarah dunia, ternyata meriam karbit memang dijadikan senjata tradisional pada perang dunia, dibawa ke Indonesia oleh Jepang,” papar dia.
Setelah tidak lagi digunakan perang, penggunaan Kuluwung di Kecamatan Sukamakmur dipakai untuk membangunkan sahur orang yang akan berpuasa. Setelah ramadhan selesai, Kuluwung di kampung masing-masing di bawa ke dua titik lokasi adu Kuluwung yakni di perbatasan antara Desa Sukamulya dan Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur untuk memeriahkan lebaran Idulfitri sekaligus agenda halal bi halal antar warga.
“Ini untuk memperingati Idulfitri awalnya Kuluwung terpisah-pisah, digunakan hiburan malam untuk membangunkan orang sahur,” jelas dia.
Adu kuluwung ini mulanya juga dibuat untuk saling mengadu gengsi antara Desa Sukamulya Sukamakmur. Siapa yang paling banyak dan lama memainkan Kuluwung, maka Desa itu lah yang menjadi pemenangnya.
Dalam peraturan adu kuluwung itu, selain waktu dan kemampuan masyarakat dalam menyetok bahan bakar karbit, kekencangan dentuman Kuluwung pun jadi patokan desa mana yang paling gagah.
“Dalam peraturan lomba, siapa yang paling kencang suara Kuluwung dan paling lama membunyikan Kuluwung maka itu lah yang dianggap pemenang,” papar dia.
Sehingga, tidak jarang ada aksi saling ledek antar Desa Sukamakmur dan Sukamulya saat berjalannya adu Kuluwung tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, adu Kuluwung dijadikan festival empat tahunan. Jadi, tidak ada pemenang dalam adu Kuluwung tersebut atau hanya sekedar untuk hiburan masyarakat setelah berpuasa di bulan Ramadan.
“Tapi sekarang karena ini festival jadi hiburan saja untuk membuktikan kita punya budaya ini. Karena sudah dijadikan festival, karbit masih banyak pun kalau sudah waktunya selesai ya selesai,” papar dia.
“Karena produksi pohon kapuk memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa dipakai jadi bahan utama pembuatan Kuluwung. Pengennya mah satu tahun sekali, cuman melihat kondisi alam dan masa produksi pohon kapuk sekitar 4 tahun, jadi supaya tidak merusak banget,” jelas dia.
Pembuatan Kuluwung biasanya dibuat sepanjang 6 hingga 8 meter dengan lobang kotak di tengah-tengag Kuluwung tersebut. Lobang kotak diperuntukkan bagi wadah karbit yang dimasukkan ke dalam Kuluwung.
“Karena kan ada canting (red: wadah karbit berbentuk kotak) jadi tempatnya harus datar, otomatis kotak bentuknya,” papar dia.
Apep menyebut, dalam festival kuluwung tahun 2023, ada sekitar 100 lebih Kuluwung yang digunakan dari dua Desa tersebut.
“Setiap tahun nambah, tahun ini 100 lebih, di Desa Sukamulya sekitar 60 an di Desa Sukamakmur ada 50. Rencanya tahun depan pengen masuk rekor MURI, saat ini kan yang paling banyak di Pontianak 150 Kuluwung, kenapa engga Sukamakmur,” papar dia.