RUJUKANMEDIA.com – Direktur Konektivitas Global IPB University, Eva Anggraeni menyebut bahwa
Pandemi Covid-19 dan krisis geopolitik, telah mempengaruhi produksi pangan dunia.
Kondisi itu juga diperparah dengan perubahan iklim dalam 10 tahun terakhir yang membawa pengaruh terhadap sumber daya alam dan perubahan hidrologis.
Baca Juga : Korupsi dan Soal Integritas Institusi Pendidikan
Eva mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut adalah konsep Ekonomi Biru (Blue Economy).
Dia meyakini konsep yang mendorong pemanfaatan sumber daya laut berkelanjutan itu sangat relevan dengan target pembangunan berkelanjutan secara global. Urgensi Ekonomi Biru diklaim terus menguat dalam beberapa tahun terakhir, terlebih dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan.
“Indonesia harus siap menghadapi tantangan ini sebagai negara kepulauan yang rentan terdampak efek perubahan iklim. Di sisi lain ini menunjukkan potensi besar dan memposisikan diri sebagai pionir dalam implementasi ekonomi biru,” ujar Eva dalam keterangan tertulisnya, Selasa 16 Mei 2023.
Lebih lanjut dia menjelaskan, konsep Ekonomi Biru sangat komprehensif bila diterapkan. Dalam penerapannya, perlu ada pergeseran paradigma di Indonesia dan dunia.
Namun, Eva mengatakan bahwa bukan perkara mudah untuk mewujudkan hal itu. Sehingga, perlu ada tekad dari pemerintah didukung dengan literasi dan awareness dari masyarakat.
Baca Juga : IPB Ungkap Sejarah Panjang Petani dan Balai Besar POPT Perang Lawan Serangan Hama
“Ekonomi biru juga telah diadaptasi oleh IPB University melalui konsep Agromaritim 4.0 yang dikembangkan sebagai roadmap penelitian. Inovasi Agromaritim 4.0 diarahkan untuk mendorong ketahanan pangan melalui teknologi yang lebih efisien, produktif dan terintegrasi,” jelas dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan itu.
Untuk mewujudkan transisi ekonomi biru, Eva menegaskan bahwa Indonesia perlu memperbaharui indikator ekonomi dan melakukan transformasi kelembagaan di berbagai level, terutama di level masyarakat serta memperkuat regulasi dan kebijakan.
“Pengembangan ekonomi biru juga memiliki keterkaitan dengan sektor bioenergi dan bioprospeksi yang dapat dimanfaatkan untuk menjawab krisis energi dan kesehatan. Dalam penerapannya, Indonesia perlu memikirkan neksus lain secara holistik, termasuk sosial ekonomi,” tandasnya. (*)