RUJUKANMEDIA.COM – Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak-anak. Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya terlihat sehat, dengan pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan cepat, dengan sedikit waktu untuk absorbsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit. Feses yang dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak dicerna, karbohidrat yang tidak dicerna, dan sejumlah protein yang tidak dicerna kehilangan air dapat terjadi hingga sepuluh kali dari kecepatan normal kehilangan air, ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi bersama kehilangan natrium, klorida, bikarbonat dan kalium. Diare yang menyebabkan dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik dan dapat mengancam jiwa pada bayi dan anak yang masih kecil.
Diare akut pada umumnya terjadi kurang dari 7 hari dan tidak lebih dari 14 hari. 5,6 Tingkat keparahannya dapat berhubungan dengan usia anak, status nutrisi, dan penyebab yang mendasari terjadinya diare. Diare merupakan mekanisme pertahanan tubuh, mengeliminasi organisme infeksius dengan cepat, namun dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti dehidrasi, khususnya pada anak malnutrisi atau keadaan imunosupresi. Gejala tambahan yang berhubungan dengan diare akut yakni nyeri perut, demam, dan muntah.
Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kekurangan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium). Kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dan dalam waktu yang lama.
Komplikasi yang dapat terjadi jika pasien dehidrasi karena diare adalah renjatan
hipovolemik, hipokalemia, hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrisi energi protein. Penyakit diare dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi.
Menurut pedoman MTBS gejala yang sering muncul pada anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut kembali lambat. Tanda-tanda dehidrasi ringan pada anak: Anak lebih haus daripada biasanya (rewel), urin anak lebih gelap dari biasanya. Tanda-tanda dehidrasi sedang pada anak: Anak jauh lebih haus daripada biasanya, mulut dan mata anak lebih kering dari biasanya, urin anak jauh lebih gelap dari biasanya, tidak pipis selama 6-8 jam atau lebih, tidak ada air mata saat menangis, merasa pusing saat dia berdiri atau duduk tegak. Tanda-tanda dehidrasi berat pada anak:
1. Mulut dan mata anak sangat kering,
2. Tidak pipis selama 12 jam atau lebih,
3. Anak tampaknya tidak waspada atau tidak mampu berpikir jernih,
4. Anak terlalu lemah atau pusing untuk berdiri, anak mungkin pingsan.
mayoritas balita berusia 2 tahun yang masih rentan mengalami dehidrasi saat mengalami diare namun ibu telah memberikan air putih, ASI, larutan gula garam, air tajin, air sayur, dan oralit sehingga kejadian dehidrasi pada balita dapat terhindari, bahwa tindakan yang harus dilakukan keluarga jika bayi atau anak menderita diare adalah memberikan bayi atau anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang dapat diberikan di rumah yaitu ASI, air putih, larutan gula garam, air tajin, air sayur bagi yang sudah mendapat MP- ASI.
Kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah penurunan jumlah volume cairan yang bersirkulasi. Diagnosa ini menunjukkan adanya dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dan elektrolit. Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan homeostatis. Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh, elektrolit merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel. Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme pertahanan homeostatis
Menurut Depkes (2015) dalam buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) derajat dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Tanpa dehidrasi, apabila tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dengan dehidrasi berat atau ringan/sedang.
2. Dehidrasi ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, mata cekung, merasa haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.
3. Dehidrasi berat, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut yaitu letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
Dua gangguan elektrolit tersebut disebabkan karena diare:
1. Hiponatremia: natrium digunakan untuk keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot. Gangguan elektrolit natrium jika <135 mmol/L. Kalium berfungsi.
2. Hipokalemia: kalium berfungsi untuk kontraksi otot. Gangguan elektrolit kalium jika <3,5 mmol/L.
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Diare yang tidak ditangani dan ditatalaksana dengan tepat akan berakibat fatal dan menyebabkan kematian. Maka dari itu segera bawa anak anda ke rumah sakit jika mengalami BAB cair lebih dari 5x sehari. Hubungi dokter jika anak Anda memiliki salah satu dari gejala dan tanda berikut: mulut kering, menangis tanpa air mata, tidak pipis selama enam jam, mata cekung, darah dalam tinja, nyeri perut, muntah selama lebih dari 24 jam, atau muntah yang konsisten berwarna hijau, demam tinggi lebih dari 103 F (39,4 C), kurang aktif dari biasanya, buang air kecil lebih dari biasanya.
Yuk Bunda cegah diare pada anak, dengan cara menjaga kebersihan lingkungan maupun tubuh kita dan anak kita, karena diare disebabkan oleh lingkungan yang kotor.