RUJUKANMEDIA.COM – Nahdlatul Ulama (NU) memasuki usia 100 tahun atau 1 abad, dari perhitungan penanggalan kalender Hijriyah. Organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia itu, didirikan pada 16 Rajab 1344 Hijriyah, bertepatan pada Minggu, 31 Janurari 1926 Masehi. Mengacu pada perhitungan Hijriyah, 100 tahun usia NU jatuh pada hari Selasa, 16 Rajab 1444 Hijriyah, tepatnya tanggal 7 Februari 2023.
Sejak berdirinya, NU telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai sektor di Indonesia. Kontribusi NU dalam pembangunan di Indonesia semakin hari semakin terasa. Peran NU dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara dan keterlibatan NU di ranah politik juga semakin membuat organisasi ini semakin dikenal dan diperhitungkan.
Satu abad menjadi usia yang panjang bagi sebuah organisasi kemasyarakatan. Lalu, bagaimana awal mula organisasi berhaluan Ahlussunnah wal jamaah ini berdiri?
Berdasarkan catatan sejarah, NU didirikan oleh para Ulama Pesantren. Melansir laman NU Online, para ulama pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) mendirikan jam’iyah atau organisasi NU di kediaman KH Abdul Wahab Chasbullah di Kertopaten.
Sebelumnya, KH Wahab Chasbullah juga telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916. Kemudian beliau juga mendirikan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918. Kemudian pada tahun 1914 didirikanlah kelompok diskusi Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran yang juga disebut sebagai Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran.
Pada saat mendirikan NU, para kiai juga mendiskusikan nama organisasi yang akan digunakan. Serupa dengan nama kelompok sebelumnya, tersebutlah usulan nama Nuhudlul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Namun, KH Mas Alwi Abdul Aziz kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Alasannya, konsekuensi penggunaan kata nahdlatul adalah kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad lalu.
Hal ini mengingat bahwa Nahdlatul Ulama bukanlah hasil yang tiba-tiba mengingat ulama Aswaja memiliki sanad keilmuan dan perjuangan sama dengan ulama-ulama sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuat organisasi NU sebagai kelanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, dengan cakupan dan segmen yang lebih luas.
Tokoh yang Terlibat
Tokoh yang Terlibat dalam Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) Pada hari bersejarah itu beberapa tokoh terlibat dalam pendirian organisasi NU antara lain:
KH Hasyim Asy’ari Tebuireng (Jombang, Jawa Timur)
KH Abdul Wahab Chasbullah (Tambakberas, Jombang, Jawa Timur)
KH Bishri Syansuri (Jombang, Jawa Timur)
KH Asnawi (Kudus, Jawa Tengah) KH Nawawi (Pasuruan, Jawa Timur)
KH Ridwan (Semarang, Jawa Tengah)
KH Maksum (Lasem, Jawa Tengah)
KH Nahrawi (Malang, Jawa Tengah)
H. Ndoro Munthaha (Menantu KH Khalil) (Bangkalan, Madura)
KH Abdul Hamid Faqih (Sedayu, Gresik, Jawa Timur)
KH Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon, Jawa Barat)
KH Ridwan Abdullah (Jawa Timur) KH Mas Alwi (Jawa Timur)
KH Abdullah Ubaid dari (Surabaya, Jawa Timur)
Syekh Ahmad Ghana’im Al Misri (Mesir).
Adapun beberapa ulama lainnya yang juga hadir pada saat itu tak sempat tercatat namanya.
Saat ini NU dipimpin oleh KH. Yahya Cholil Staquf, NU di abad moderni ini memiliki struktur pengurus hingga tingkat ranting dan tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, NU juga memilkiki Pengurus cabang istimewa di sejumlah negara yang ada di dunia.
NU juga menaungi sejumlah badan otonom mulai dari kepemudaan, pelajar dan kemahasiswaan, dan sebagainya. NU juga menaungi sejumlah lembaga pondok pesantren berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah Annahdliyah yang tersebar hingga pelosok tanah air.
Selamat Satu Abad NU. Semoga terus berjaya mengawal Republik Indonesia Tercinta.
Sumber :
nu.or.id
Kompas.com