RUJUKANMEDIA.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melakukan konservasi terhadap Dipterocarpus Cinereus, spesies tumbuhan langka yang dinyatakan punah oleh Lembaga Konservasi Alam Dunia atau International Union for Conservation of Nature’s Species Survival Commision (IUCN-SSC) pada 1998, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin 22 Mei 2023.
Bertepatan dengan peringatan Hari Biodiversitas Internasional 2023, BRIN mengklaim bahwa pihaknya sudah melakukan upaya konservasi terhadap tumbuhan yang dinyatakan punah tersebut sejak tahun 2013 melalui tim peneliti dari Kebun Raya Bogor.
“Setelah dinyatakan punah kemudian tahun 2013 tim peneliti dari Kebun Raya Bogor mulai melakukan ekspedisi ke pulau Mursala dan menemukan populasi tumbuhan tersebut,” ujar Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan, Andes Hamuraby Rozak dikutip dari laman resmi BRIN.
Dijelaskannya, Mursala merupakan pulau kecil dengan luas 80 Km persegi, terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumetera Utara. Ekspedisi untuk menemukan keberadaan Dipterocarpus cinereus atau lebih dikenal dengan Keruing yang termasuk dalam kelompok meranti-merantian dilakukan bekerja sama dengan pihak Kementerian lingkungan hidup.
Baca Juga : IPB Yakin Konsep Blue Economy Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional
Setelah ditemukan dan diambil sampel, kata Andes, selanjutnya dilakukan perbanyakan terhadap bibit tumbuhan tersebut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah populasi Dipterocarpus cinereus sebagai tumbuhan lokal Indonesia.
Mengingat proses perkembangan tumbuhan ini tergolong sulit, maka dalam upaya konservasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu adanya campur tangan manusia sebelum ditanam kembali di alam. “Nanti ke depannya akan dikembalikan lagi ke alam, saat ini kita tidak bisa menyerahkan begitu saja regenarasi populasi itu ke alam harus ada campur tangan manusia untuk ke depannya,” lanjutnya.
Terkait kemanfaatan pohon Dipterocarpus Cinereus, Andes menyebutkan, bahwa itu tidak dapat dilihat dari sisi nilai ekonominya saja, melainkan dari tumbuhan tersebut terdapat nilai ekosistem yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya. Selain sebagai penghasil oksigen, tumbuhan ini juga sebagai tempat tinggal habitat fauna lainnya.
Menurut Lembaga Konservasi Alam Dunia, di Indonesia bukan hanya tumbuhan Dipterocarpus cinereus yang masuk dalam kategori punah, namun setidaknya terdapat 1070 jenis tumbuhan lainnya juga terancam punah. Angka tersebut ada kemungkinan bertambah terus seiring dengan masih dilakukannya asesmen terhadap status konservasi tumbuhan di Indonesia.
“Yang perlu kita lakukan saat ini adalah bagaimana untuk mencegah kepunahan dari ribuan spesies tumbuhan yang ada,” jelasnya.
Dari asesmen tersebut, lanjut Andes, akan didapatkan status konservasi terhadap jenis tumbuhan, yang kemudian akan dapat disusun desain strategi konservasinya.
Baca Juga : IPB Ungkap Sejarah Panjang Petani dan Balai Besar POPT Perang Lawan Serangan Hama
Menurutnya banyak hal yang mempengaruhi terhadap kepunahan tumbuhan, namun yang paling dominan adalah dikarenakan adanya aktivitas manusia, seperti alih fungsi lahan, yang semula untuk kawasan hutan sekarang dijadikan lahan pertanian.
“Antropologi activity saat ini yang cenderung mempunyai peran tinggi dalam proses kepunahan, seperti adanya pembukaan lahan pertanian yang menjadi salah satu penyebab kepunahan,” pungkasnya.(*)