RUJUKANMEDIA.com – Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), masih menjadi fokus IPB University untuk memaksimalkan hasil pertanian di Indonesia.
Kepala Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University, Prof Hermanu Triwidodo mengatakan, OPT kerap menjadi momok bagi para petani.
Hal itu pula yang menjadikan para petani dan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) sama-sama memerangi hal tersebut.
Baca Juga : Pelantikan Rektor IPB, Rudy Susmanto Harapkan Sinergi Membangun Bogor
Prof Hermanu mengatakan bahwa petani dan Balai Besar POPT memiliki sejarah panjang persahabatan dalam menghadapi serangan OPT tersebut.
Dalam perjalanannya, POPT berperan mendorong pengendalian hama terpadu, bersama petani mendorong budidaya tanaman sehat dan memaksimalkan peran mitra tani. POPT juga selalu waspada dengan pengamatan berkala dan menciptakan petani ahli di lahannya.
“POPT dibutuhkan dalam pelaksanaannya bukan hanya sebagai penyuluh, tetapi sebagai pemandu yang berperan sebagai narasumber serta teman diskusi. Yang perlu diciptakan adalah bagaimana ada pemandu yang bisa menemani petani belajar,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu 10 Mei 2023.
Prof Hermanu menekankan, pengendalian hama menjadi tanggung jawab petani dan POPT. Pemerintah pun harus membantu dalam pelaksanaannya. Petani diberikan pengetahuan pengendalian hama terpadu melalui transfer ilmu, bukan transfer teknologi. Melalui hal tersebut, petani dapat mengasah kemampuan adaptasinya sendiri dalam menghadapi OPT.
“Maka dari itu dalam menularkan ilmu, bagaimana caranya petani menemukan sendiri sehingga menguasai teknologinya. Kebiasaan petani dulu lebih pasif, diminta mendengarkan penyuluhan, POPT berupaya menguak sikap kritis petani melalui Sekolah Lapang,” lanjut dia.
Guru Besar IPB University itu menjelaskan, pendirian Sekolah Lapangan merupakan salah satu pendidikan pemberdayaan petani menjadi petani ahli. Baik dengan pendidikan transformatif maupun pendidikan yang membebaskan.
“Pendidikan kritis seperti Sekolah Lapang membuat kesetaraan belajar. Petani dapat menjadi pakar bukan hanya akademisi di perguruan tinggi,” ujar Prof Hermanu.
Kesetaraan belajar tersebut bermula dari Oktober 1986 atas laporan para ahli IPB University tentang ancaman serangan hama wereng yang luasnya dapat mencapai 50.100 hektar. Temuan tersebut mengancam swasembada beras. Serangan itu disinyalir karena penggunaan pestisida yang merusak lingkungan, sehingga para ahli akhirnya merekomendasikan penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT). =(*)