RUJUKANMEDIA.COM – Tidak bisa dimungkiri jika dalam menjalankan bisnis dan usaha, kerugian sudah pasti terjadi dan menjadi sebuah risiko yang mau tidak mau harus dilalui. Sebagai seorang pebisnis, kegagalan atau kebangkrutan dapat menjadi sebuah bayang-bayang yang menakutkan mengingat tidak sedikit modal yang sudah dikeluarkan, baik modal finansial, waktu, dan juga tenaga. Untuk itu setiap pelaku bisnis harus memiliki strategi tertentu supaya dapat mencegah ataupun mampu mengantisipasi hal yang dapat memicu kerugian.
Di Indonesia Sejumlah industri yang masih didera tekanan kinerja hingga terpaksa melakukan penutupan sejumlah pabrik seperti industri alas kaki atau sepatu, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), hingga industri ban.
Kinerja ketiga subsektor industri tersebut masih terseok-seok setelah lepas dari pandemi. Permintaan global yang melemah, daya saing produk lokal yang kalah dengan barang impor, hingga pergeseran tren konsumen menjadi biang kerok.
Dikutip dari beberapa sumber, Berikut daftar pabrik tutup di Indonesia pada awal 2024:
1. Pabrik ban PT Hung-A di Cikarang
Kabar penghentian operasi pabrik ban milik PT Hung-A Indonesia per Februari 2024 mencuat pada awal tahun ini. Penutupan pabrik ban ini pun menyebabkan 1.500 karyawan terimbas PHK.
Ketua Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kabupaten/Kota Bekasi Sarino mengatakan, serikat pekerja dan perusahaan masih dalam tahap pengajuan perundingan untuk hak-hak karyawan yang terdampak.
“Betul, PT Hung A akan ditutup pada 1 Februari 2024 dan untuk seluruh karyawan dirumahkan sejak 16 Januari 2024. Setidaknya ada 1.500-an pekerja terdampak,” kata Ketua Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kabupaten/Kota Bekasi.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menduga tutupnya pabrik ban milik PT Hung-A Indonesia di Cikarang, Jawa Barat disebabkan oleh persoalan importasi yang sulit hingga menipisnya bahan baku.
Untuk itu, importasi ban perlu dipermudah untuk memenuhi kebutuhan segmen produk yang belum diproduksi lokal. Menurutnya, regulator lamban dalam merilis persetujuan impor (PI) sehingga pemenuhan permintaan pasar tersendat.
“Tidak hanya Hung-A yang kesulitan, banyak pabrik ban lainnya yang sama kondisinya. Ini karena lemahnya respons pemerintah, kami selalu minta kasihlah impor, kita kan ada ban yang belum bisa diproduksi di sini,” kata Aziz kepada Bisnis.
2. Pabrik garmen PT Cahaya Timur Garmindo
Kinerja lesu industri tekstil dan produk tekstil juga memicu penutupan sejumlah pabrik hingga status pailit yang mendera perusahaan, salah satunya PT Cahaya Timur Garmindo (CTG) yang resmi diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang.
Perusahaan yang pabriknya berlokasi di Jawa Tengah itu diketahui terlilit utang sebesar Rp233 juta sehingga digugat oleh PT Dunia Transportasi Logistik selaku jasa pengurusan transportasi (freight forwarding).
“Menyatakan Termohon PT Cahaya Timur Garmindo, berkedudukan di Jawa Tengah, beralamat di Jl. Lingkar Utara RT/RW 001/003 Kel. Beji. Kec. Taman Kab. Pemalang, Jawa Tengah pailit dengan segala akibat hukumnya,” tulis putusan PN Niaga Semarang.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, kebijakan lartas impor border sedikit banyak mendorong industri hilir untuk kembali bergerak pada Maret.
Namun, industri hulu dan antara masih memerlukan waktu untuk pulih. Produktivitas industri TPT saat ini rata-rata masih rendah dengan kapasitas produksi sebesar 55%.
“Ini setiap minggu masih tetap ada PHK dan banyak pabrik tutup juga,” ujarnya.
3. Pabrik sepatu Bata di Purwakarta
PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabrik sepatunya yang berlokasi di Purwakarta per 30 April 2024 lalu. Tutupnya pabrik sepatu BATA dikarenakan kerugian yang dialami selama 4 tahun terakhir.
Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya, tetapi kerugian dan tantangan industri akibat pandemi hingga perubahan perilaku konsumen terlampau cepat tak mampu dibendung.
“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun” kata Hatta, dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bahkan, Hatta menerangkan bahwa kapasitas produksi di pabrik tersebut jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Tanah Air.
Itulah beberapa Perusahaan yang bangkrut dan harus tutup pada tahun 2024 ini. Dari ini kita bisa mengambil hikmah dibalik kerugian yang dialami oleh sebuah Perusahaan untuk bisa bangkit lagi dalam segala hal, semoga pabrik atau perusahaan di Indonesia ini bisa terus tumbuh dan berkembang untuk memenuhi semua kebutuhan Warganya dengan baik.